Pertempuran Kepulauan Solomon Timur atau dikenal sebagai Pertempuran Kepulauan Stewart, dan disebut sumber Jepang sebagai Pertempuran Laut Solomon Kedua (第二次ソロモン海戦 Dai-ni-ji Soromon Kaisen ) adalah pertempuran laut dari tanggal 24 Agustus hingga 25 Agustus 1942 antara Angkatan Laut Kekaisaran Jepang dan armada Angkatan Laut Sekutu. Pertempuran ini merupakan pertempuran antarkapal induk yang ketiga dalam Perang Pasifik Perang Dunia II, sekaligus pertempuran laut terbesar kedua antara Jepang dan Amerika Serikat sepanjang Kampanye Guadalkanal. Seperti halnya Pertempuran Laut Karang dan Pertempuran Midway, kapal-kapal dari kedua pihak yang berperang tidak pernah berada dalam jarak visual langsung satu sama lainnya. Melainkan, semua serangan dari kedua belah pihak dilakukan oleh pesawat terbang yang berpangkalan di kapal induk atau di darat.
Setelah menderita beberapa kali serangan udara yang merusak, kapal-kapal perang Amerika Serikat dan Kekaisaran Jepang mundur dari kawasan pertempuran tanpa ada pihak yang secara jelas dapat dikatakan menang. Namun tampaknya Amerika Serikat dan sekutunya dalam pertempuran ini memperoleh keuntungan strategis dan taktis yang lebih besar daripada Jepang karena Sekutu menderita kerugian lebih sedikit dibandingkan Jepang yang kehilangan pesawat terbang beserta penerbang berpengalaman dalam jumlah yang signifikan. Selain itu, bala bantuan Jepang yang ditujukan untuk Guadalkanal tertunda, sebelum akhirnya diantar oleh kapal-kapal perang, dan bukan oleh kapal-kapal angkut. Hal tersebut memungkinkan Sekutu mendapat lebih banyak waktu untuk bersiap-siap menghadapi serangan balasan dari Jepang, dan mencegah Jepang mendaratkan artileri berat, amunisi, dan perbekalan lainnya yang sangat penting dalam membantu pasukan Jepang yang sedang berjuang untuk merebut kembali Guadalkanal.
Latar belakang
Pada 7 Agustus 1942, pasukan Sekutu (terutama Amerika Serikat) mendarat di Guadalkanal, Tulagi, dan Kepulauan Florida di Kepulauan Solomon. Pendaratan Sekutu di pulau-pulau tersebut dimaksudkan untuk mencegah Jepang menggunakan Guadalkanal sebagai pangkalan militer untuk mengancam rute perbekalan antara Amerika Serikat dan Australia, serta mengamankan pulau-pulau tersebut sebagai titik awal untuk kampanye yang bertujuan akhir mengisolasi pangkalan utama Jepang di Rabaul, serta secara tidak langsung mendukung kampanye Nugini yang dilancarkan Sekutu. Pendaratan Sekutu di Guadalkanal merupakan awal dari Kampanye Guadalkanal yang berlangsung selama enam bulan.[5]Pendaratan Sekutu secara langsung didukung oleh tiga kapal induk dari gugus tugas: TF 11 (USS Saratoga), TF 16 (USS Enterprise), dan TF 18 (USS Wasp), berikut grup udara masing-masing, serta kapal-kapal perang pendukung, termasuk 1 kapal tempur, kapal-kapal penjelajah, dan kapal-kapal perusak.[6] Komandan sepenuhnya untuk ketiga gugus tugas kapal induk adalah Laksamana Madya Frank Jack Fletcher yang mengibarkan bendera di atas kapal induk USS Saratoga.[7] Pesawat-pesawat di ketiga kapal induk disiapkan untuk memberikan bantuan tembakan udara untuk pasukan invasi Sekutu, dan mempertahankan kapal induk dari serangan udara Jepang yang datang dari Rabaul.[8] Setelah pendaratan berhasil dilakukan, ketiga gugus tugas kapal induk tetap berada di daerah Pasifik selatan dengan tugas menjaga garis komunikasi antara pangkalan-pangkalan utama Sekutu di Kaledonia Baru dan Espiritu Santo, mendukung pasukan darat Sekutu di Guadalkanal dan Tulagi terhadap setiap serangan balik Jepang, melindungi gerak kapal-kapal perbekalan yang menuju ke Guadalkanal, serta menyerang dan menghancurkan setiap kapal perang Jepang yang berada dalam jangkauan.[9]
Antara 15 Agustus dan 20 Agustus 1942, kapal induk Amerika Serikat melindungi pengiriman pesawat tempur dan pesawat pengebom untuk Lapangan Udara di Guadalkanal yang baru dioperasikan.[10] Lapangan Udara Henderson dan pesawat-pesawat yang berpangkalan di sana segera terbukti sangat efektif dalam menghadapi gerak pasukan Jepang di Kepulauan Solomon dan dalam strategi atrisi melawan angkatan udara Jepang di kawasan Samudra Pasifik Selatan. Kontrol Sekutu atas Lapangan Udara Henderson bahkan menjadi faktor kunci dalam keseluruhan pertempuran memperebutkan Guadalkanal.[11]
Setelah dikejutkan ofensif Sekutu di Kepulauan Solomon, angkatan darat dan angkatan laut Jepang (di bawah Laksamana Isoroku Yamamoto) menyiapkan serangan balik dengan tujuan mengusir Sekutu keluar dari Guadalkanal dan Tulagi. Serangan balik Jepang disebut Operasi Ka (Ka berasal dari suku kata pertama dari kata Guadalkanal bila diucapkan dalam bahasa Jepang). Angkatan Laut Kekaisaran Jepang memiliki misi tambahan untuk menghancurkan semua armada kapal-kapal perang Sekutu di kawasan Pasifik Selatan, khususnya kapal-kapal induk Amerika Serikat.[12]
[sunting] Pertempuran
[sunting] Pendahuluan
Sebuah konvoi yang mengantar 1.411 prajurit Jepang dari resimen "Ichiki" serta beberapa ratus pasukan angkatan laut dari Pasukan Pendarat Khusus Angkatan Laut Yokosuka 5 diberangkatkan dengan tiga kapal angkut berkecepatan lambat dari pangkalan utama Jepang di Truk (Chuuk) pada 16 Agustus 1942 dengan tujuan Guadalkanal.[13] Kapal-kapal angkut dikawal oleh kapal penjelajah ringan Jintsu, delapan kapal perusak, dan empat kapal patroli, dipimpin oleh Laksamana Muda Raizo Tanaka (Jintsu juga sebagai kapal komando).[14] Juga diberangkatkan dari Rabaul untuk membantu melindungi konvoi adalah "kesatuan perlindungan dekat" yang terdiri dari empat kapal perusak dari Armada 8 Angkatan Laut Kekaisaran Jepang di bawah komando Laksamana Madya Gunichi Mikawa.[15] Keempat kapal perusak yang dikerahkan tersebut adalah kapal-kapal perusak yang sebelumnya telah mengalahkan armada angkatan laut Sekutu dalam Pertempuran Pulau Savo. Tanaka berencana mendaratkan pasukan di Guadalkanal pada 24 Agustus 1942.[16]Pada 21 Agustus, armada kapal perang Jepang yang tergabung dalam Operasi Ka berangkat dari Truk menuju ke selatan Kepulauan Solomon. Armada kapal perang Jepang secara garis besar dibagi menjadi tiga gugus. "Gugus utama" terdiri dari kapal induk Jepang Shōkaku dan Zuikaku, kapal induk ringan Ryūjō, ditambah armada pelindung yang terdiri dari satu kapal penjelajah berat dan delapan kapal perusak di bawah komando Laksamana Madya Chuichi Nagumo dari atas Shōkaku. "Gugus Barisan Depan" terdiri dari dua kapal tempur, tiga kapal penjelajah, satu kapal penjelajah ringan, dan tiga kapal perusak di bawah komado Laksamana Muda Hiroaki Abe; "Gugus Pelopor" terdiri dari lima kapal penjelajah berat, satu kapal penjelajah ringan, enam kapal perusak, dan sebuah kapal induk pesawat terbang laut (Chitose) di bawah komando Laksamana Madya Nobutake Kondo.[17] Kapal-kapal perang Jepang dibantu oleh sekitar 100 pesawat pengebom Angkatan Laut Kekaisaran Jepang yang berpangkalan di darat, pesawat tempur, dan pesawat pengintai dari Rabaul dan pulau-pulau yang berdekatan.[18] Armada utama Nagumo diposisikan dibelakang Gugus Barisan Depan dan Gugus Pelopor agar tetap terlindung dari pesawat pengintai Amerika Serikat.[19]
Menurut rencana Operasi Ka, setelah kapal induk Amerika Serikat ditemukan oleh pesawat pengintai Jepang atau Amerika Serikat memulai serangan terhadap kapal-kapal Jepang, kapal induk Nagumo akan segera memberangkatkan kekuatan pemukul untuk menghancurkan mereka. Setelah kapal-kapal induk Amerika Serikat dihancurkan atau dilumpuhkan, gugus Barisan Depan Abe dan gugus Pelopor Kondo akan mengakhirinya dengan menghancurkan kapal-kapal perang Sekutu yang tersisa melalui sebuah pertempuran antarkapal perang. Armada angkatan laut Jepang lalu akan bebas menetralisir Lapangan Udara Henderson melalui bombardemen sambil melindungi pendaratan pasukan angkatan darat Jepang untuk mengambil alih Guadalkanal dan Tulagi.[20]
Sebagai reaksi atas pertempuran darat yang tidak diduga-duga antara Korps Marinir Amerika Serikat dan tentara Jepang di Guadalkanal pada 19-20 Agustus, gugus tugas kapal induk Amerika Serikat di bawah pimpinan Fletcher berlayar kembali menuju Guadalkanal dari posisi mereka di 400 mil (640 km) sebelah selatan pada 21 Agustus. Pihak Amerika Serikat dimaksudkan untuk memberi dukungan kepada Marinir, melindungi Lapangan Udara Henderson, dan untuk menghadapi serta menghancurkan setiap kapal perang Jepang yang tiba untuk mendukung pasukan Jepang dalam pertempuran darat di Guadalkanal.[21]
Armada angkatan laut Sekutu dan Jepang terus berlayar saling mendekat satu sama lainnya pada 22 Agustus. Walaupun kedua belah pihak sama-sama mengutus pesawat pengintai, keduanya tidak berhasil menemukan satu sama lainnya. Namun setelang hilangnya paling tidak satu dari pesawat pengintai mereka (ditembak jatuh oleh pesawat terbang dari Enterprise sebelum dapat mengirimkan pesan radio), Jepang menduga dengan keras keberadaan kapal-kapal induk Amerika Serikat di kawasan itu.[23] Meskipun demikian, Amerika Serikat tidak mengetahui disposisi dan kekuatan armada kapal perang Jepang yang sedang mendekat.[24]
Pukul 09.50 tanggal 23 Agustus, sebuah pesawat PBY Catalina Amerika Serikat yang berpangkalan di Ndeni, Kepulauan Santa Cruz melihat konvoi Tanaka. Menjelang sore, tanpa adanya penampakan lagi dari kapal Jepang, dua kesatuan pesawat terbang pemukul dari Saratoga dan Lapangan Udara Henderson lepas landas untuk menyerang konvoi Tanaka. Namun, Tanaka yang sudah menduga serangan akan tiba setelah kapal-kapalnya terlihat oleh pesawat pengintai, segera berbalik arah setelah pesawat-pesawat Catalina meninggalkan wilayah itu, sehingga serangan pesawat Sekutu gagal. Setelah Tanaka melapor ke para atasannya bahwa dirinya telah kehilangan waktu karena memerintahkan kapal-kapal berbelok ke utara untuk menghindari serangan udara Sekutu, pendaratan pasukan Jepang di Guadalkanal diundur hingga tanggal 25 Agustus. Pada pukul 18.23 tanggal 23 Agustus, setelah tidak ada lagi kapal-kapal induk Jepang yang tampak, dan tidak ada laporan intelijen yang baru mengenai keberadaan Jepang di daerah itu, Fletcher melepaskan kapal induk USS Wasp (bahan bakar yang dimiliki tinggal sedikit) dikawal oleh kapal-kapal lainnya yang tergabung dalam TF18 menuju Efate yang jauhnya dua hari pelayaran untuk mengisi bahan bakar minyak. Oleh karena itu, Wasp dan kapal-kapal pengawalnya tidak dapat ikut serta dalam pertempuran yang segera berlangsung.[25]
[sunting] Pertempuran kapal induk 24 Agustus 1942
Pukul 01.45 tanggal 24 Agustus, Nagumo memerintahkan Laksamana Muda Chūichi Hara di atas kapal induk ringan Ryūjō, bersama kapal penjelajah berat Tone dan kapal perusak Amatsukaze dan Tokitsukaze untuk maju di depan armada utama Jepang, dan mengirimkan pesawat-pesawat penyerbu ke Lapangan Udara Henderson Field pada saat fajar.[26] Misi Ryūjō kemungkinan sebagai jawaban atas permintaan komandan Angkatan Laut Jepang di Rabaul, Nishizo Tsukahara. Misi tersebut dimaksudkan untuk membantu armada gabungan dalam menetralisir Lapangan Udara Henderson.[27] Misi tersebut kemungkinan juga dimaksudkan Nagumo sebagai umpan untuk mengalihkan perhatian Amerika Serikat, sehingga armada kapal perang Jepang yang lain dapat mendekati armada angkatan laut Amerika Serikat tanpa terdeteksi,[28] sekaligus sebagai bantuan perlindungan dan tabir bagi konvoi Tanaka.[29] Sebagian besar dari pesawat-pesawat di Shōkaku dan Zuikaku sudah bersiap-siap untuk lepas landas begitu ada peringatan kapal-kapal induk Amerika Serikat sudah ditemukan. Antara pukul 05.55 dan 06.30, kapal induk Amerika Serikat (khususnya Enterprise),[29] ditambah pesawat Catalina dari Ndeni, memberangkatkan pesawat pengintainya sendiri untuk mencari kapal-kapal perang Jepang.[30]Pada pukul 09.35, sebuah pesawat Catalina untuk pertama kalinya melihat armada kapal-kapal Ryūjō. Masih pada pagi itu, kapal induk dan pesawat-pesawat pengintai Amerika Serikat yang lainnya juga beberapa kali melihat Ryūjō dan armada kapal-kapal Kondo serta Mikawa. Sepanjang pagi dan siang hari, pesawat-pesawat Amerika Serikat juga melihat beberapa pesawat pengintai dan kapal selam Jepang. Penampakan tersebut menyebabkan Fletcher yakin pihak Jepang sudah tahu lokasi kapal-kapal induk Sekutu. Namun sebetulnya, Jepang belum tahu. Fletcher masih ragu untuk memerintahkan serangan ke gugus kapal-kapal perang Ryūjō hingga dirinya yakin betul bahwa tidak ada lagi kapal-kapal induk Jepang yang ada di daerah itu. Pada akhirnya, meskipun belum jelas mengenai keberadaan atau lokasi kapal-kapal induk Jepang lainnya, Fletcher pada pukul 13.40 memberangkatkan 38 pesawat terbang dari Saratoga untuk menyerang Ryūjō. Meskipun demikian, Fletcher tetap menyisakan pesawat-pesawat terbang di kedua kapal induk Amerika Serikat dalam keadaan siaga, kalau-kalau ada armada kapal induk Jepang yang terlihat.[31]
Pukul 12.20, Ryūjō memberangkatkan enam pesawat pengebom "Kate" dan 15 pesawat tempur A6M Zero untuk menyerang Lapangan Udara Henderson bersamaan dengan datangnya serangan bantuan dari Rabaul yang berkekuatan 24 pesawat pengebom "Betty" dan 14 pesawat tempur Zero. Namun tanpa diketahui oleh pesawat-pesawat dari Ryūjō, pesawat-pesawat dari terhadang cuaca buruk dan harus kembali ke pangkalan mereka pada pukul 11.30. Pesawat-pesawat dari Ryūjō terdeteksi oleh radar di Saratoga ketika mereka terbang menuju Guadalkanal. Dari arah kedatangan mereka dapat dipastikan lokasi kapal-kapal induk Jepang. [32] Pesawat-pesawat dari Ryūjō tiba di atas Lapangan Udara Henderson pada pukul 14.23. Ketika melakukan pengeboman, pesawat-pesawat Jepang harus menghadapi pesawat-pesawat tempur dari Henderson (anggota Angkatan Udara Kaktus). Dalam pertempuran udara di atas Henderson, tiga pesawat pengebom Nakajima B5N Kate, 3 pesawat tempur Zero, dan 3 pesawat tempur Amerika Serikat ditembak jatuh, tapi Lapangan Udara Henderson tidak menderita kerusakan yang berarti.[33]
Pada pukul 14.25, pesawat pengintai Jepang dari kapal penjelajah Chikuma melihat kapal-kapal induk Amerika Serikat. Sebelum pesawat pengintai tersebut ditembak jatuh, awak pesawat sempat pengirimkan pesan radio, dan Nagumo segera memerintahkan pesawat-pesawat dari kesatuan pemukul untuk lepas landas dari Shōkaku dan Zuikaku. Gelombang pertama serangan Jepang berkekuatan 27 pesawat pengebom tukik Aichi D3A "Val" dan 15 pesawat tempur Zero diberangkatkan pada pukul 14.50 menuju kapal induk Amerika Serikat Enterprise dan Saratoga. Kira-kira pada waktu yang bersamaan, dua pesawat pengintai Amerika Serikat akhirnya menemukan armada utama Jepang. Meskipun demikian, masalah komunikasi menyebabkan laporan penglihatan tersebut tidak pernah sampai ke Fletcher. Dua pesawat pengintai Amerika Serikat menyerang Shōkaku sebelum terbang menjauh, dan hanya menyebabkan kerusakan sepele. Gelombang kedua yang berkekuatan 27 pesawat pengebom tukik Aichi D3A "Val" dan 9 Zero diluncurkan dari kapal induk Jepang pada pukul 16.00 dan terbang ke arah selatan menuju armada Amerika Serikat. Gugus Barisan Depan Abe juga bergerak maju ke depan untuk mengantisipasi pertemuan dengan kapal-kapal Amerika Serikat setelah malam tiba.[34]
Kira-kira pada saat itu juga, pesawat-pesawat kekuatan pemukul dari Saratoga tiba di atas Ryūjō dan memulai serangan. Ryūjō terkena 3 atau 5 bom, atau mungkin satu torpedo, dan menewaskan 120 awak kapal. Setelah rusak berat, Ryūjō ditinggalkan oleh para awak kapal ketika malam tiba, dan tidak lama kemudian tenggelam. Amatsukaze dan Tokitsukaze datang menolong awak kapal Ryūjō yang selamat berikut para penerbang yang terpaksa mendaratkan pesawatnya di laut ketika kembali ke Ryūjō dari misi menyerang kapal Sekutu. Pada waktu itu pula, beberapa pesawat pengebom B-17 tiba untuk menyerang Ryūjō yang sudah dalam keadaan lumpuh, namun tidak menyebabkan kerusakan lebih lanjut.[35] Setelah operasi pertolongan selesai, kedua kapal perusak Jepang dan Tone kembali bergabung dengan gugus utama Nagumo.[36]
Pada pukul 16.02, ketika masih menunggu laporan pasti tentang lokasi kapal-kapal induk Jepang, radar di kapal-kapal induk Amerika Serikat mendeteksi gelombang pertama pesawat Jepang. Dari dua kapal induk Amerika Serikat diberangkatkan 53 pesawat tempur F4F Wildcat dengan dipandu oleh radar ke arah datangnya pesawat Jepang. Meskipun demikian, hanya segelintir dari pesawat tempur Wildcat yang dapat menemukan pesawat pengebom Jepang sebelum mereka memulai serangan terhadap kapal-kapal induk Amerika Serikat. Penyebabnya adalah masalah komunikasi dan keterbatasan kemampuan sistem pengenalan kawan dan lawan pada radar, prosedur kontrol yang primitif, dan pentabiran yang efektif terhadap pesawat pengebom Jepang yang dilakukan pesawat-pesawat Zero yang bertugas sebagai pengawal. [37] Persis sebelum pengebom tukik Jepang memulai serangannya, geladak kapal induk Enterprise dan Saratoga telah dibersihkan dari pesawat-pesawat untuk mengantisipasi kedatangan serangan Jepang. Pesawat-pesawat tersebut sudah berada dalam keadaan siap luncur di geladak, kalau-kalau terlihat armada kapal induk Jepang. Pesawat-pesawat tersebut diperintahkan untuk terbang ke utara dan menyerang apa saja yang mereka dapat temui, atau terbang berputar di sekeliling zona pertempuran, hingga keadaan aman bagi mereka untuk kembali.[38]
Pada pukul 16.29, pesawat-pesawat pengebom tukik Jepang memulai serangan mereka. Walaupun beberapa di antaranya berusaha menyusun serangan terhadap Saratoga, mereka dengan cepat mengalihkan serangan ke kapal induk Enterprise yang berada di dekatnya. Enterprise dijadikan sasaran hampir semua pesawat Jepang. Dalam usaha nekat untuk mengacaukan serangan mereka, beberapa pesawat Wildcat terbang mengejar pesawat-pesawat pengebom Jepang yang sedang melakukan serangan menukik, walaupun sedang ditembaki artileri antipesawat dari Enterprise dan kapal-kapal perang pelindungnya.[40] Selain beberapa pesawat pengebom "Val" Jepang, sejumlah empat pesawat tempur Wildcat tertembak jatuh oleh tembakan antipesawat.[41]
Berkat tembakan antipesawat yang efektif dari kapal-kapal perang Amerika Serikat, dibantu manuver mengelak, bom-bom dari 9 pesawat Val yang pertama gagal mengenai Enterprise. Namun pada pukul 16.44, sebuah bom penembus perisai-aksi lambat menembus dek pesawat di dekat lift belakang dan melewati tiga lapis geladak sebelum meledak di bawah lambung timbul menewaskan 35 awak dan melukai 70 lainnya. Air laut yang masuk menyebabkan Enterprise agak miring ke salah satu sisi, namun ledakan tersebut tidak membahayakan integritas lambung kapal.[42]
Hanya dalam 30 detik kemudian, bom dari pesawat Val berikutnya jatuh persis 4,5 m (15 feet) jauhnya dari tempat jatuhnya bom pertama. Ledakan bom tersebut menyambar ke peti bubuk mesiu untuk meriam 5 inci yang berada di dekatnya, menewaskan 35 personel meriam yang berada di dekatnya dan menyebabkan kebakaran besar.[42]
Sekitar satu menit kemudian, pada pukul 16.46, bom ketiga dan terakhir jatuh mengenai Enterprise di geladak pesawat depan, tidak jauh dari tempat jatuhnya dua bom pertama. Bom tersebut jatuh langsung meledak, menyebabkan lubang sebesar 3 meter di geladak, tetapi tidak menyebabkan kerusakan lebih lanjut.[42] Empat pesawat Val lainnya memisahkan diri dari kawanan yang menyerang Enterprise untuk menyerang kapal tempur Amerika Serikat North Carolina, namun semua bom yang dijatuhkan mereka luput, dan keempat pesawat Val itu ditembak jatuh oleh tembakan antipesawat atau pesawat tempur Amerika Serikat. Serangan udara Jepang berakhir pada pukul 16.48, dan pesawat Jepang yang selamat berkumpul dalam gugus-gugus kecil dan kembali ke kapal masing-masing.[43]
Kedua belah pihak mengira telah mengakibatkan kerusakan yang sangat besar di pihak lawan, namun perkiraan mereka sebetulnya jauh dari kenyataan. Pihak Amerika Serikat mengklaim telah menembak jatuh 70 pesawat terbang Jepang, meskipun sebetulnya hanya ada 42 pesawat Jepang yang diterbangkan dalam pertempuran. Kerugian pihak Jepang yang sebenarnya dalam pertempuran adalah 25 buah pesawat yang jatuh akibat berbagai sebab. Sebagian besar awak dari pesawat yang jatuh tidak dapat ditemukan kembali atau diselamatkan. Sebaliknya, pihak Jepang dengan salah mengira mereka telah menyebabkan kerusakan besar terhadap dua kapal induk Amerika Serikat, padahal hanya satu kapal induk yang rusak berat. Pihak Amerika Serikat kehilangan enam pesawat terbang dalam pertempuran. Sebagian besar dari awak pesawat dari pesawat yang jatuh dapat diselamatkan.[44]
Walaupun Enterprise rusak berat dan terbakar, regu pengendalian kerusakan di atas kapal mampu melakukan perbaikan-perbaikan yang cukup hingga kembali dapat melanjutkan operasi penerbangan pada pukul 17.46, hanya satu jam setelah pertempuran berakhir.[45] Pada pukul 18.05, pesawat-pesawat dari kesatuan pemukul Saratoga kembali dari kapal induk Ryūjō yang sedang tenggelam, dan selamat mendarat tanpa ada insiden berarti.[46] Gelombang kedua pesawat-pesawat Jepang mendekati kapal-kapal induk Amerika Serikat pada pukul 18.15, tapi tidak berhasil menemukan lokasi formasi armada Amerika Serikat disebabkan masalah komunikasi. Mereka akhirnya harus kembali ke kapal induk masing-masing tanpa menyerang satu pun kapal Amerika Serikat, dengan kerugian 5 pesawat jatuh dalam perjalanan akibat kecelakaan operasional.[47] Sebagian besar pesawat kapal induk Amerika Serikat yang diluncurkan persis sebelum serangan gelombang pertama Jepang, gagal menemukan sebuah sasaran pun. Namun, 5 TBF Avenger dari Saratoga melihat gugus pelopor Kondo dan menyerang kapal induk pesawat terbang laut Chitose, dengan hasil dua bom nyaris telak yang mengakibatkan kerusakan berat terhadap kapal yang memang tidak dilengkapi perisai.[48] Pesawat-pesawat Amerika Serikat yang berpangkalan di kapal induk, mendarat di Lapangan Udara Henderson atau dpaat kembali ke kapal induk masing-masing setelah senja.[49] Kapal-kapal Amerika Serikat mundur ke arah selatan untuk keluar dari jangkauan kapal-kapal perang Jepang yang sedang mendekat. Pada kenyataannya, gugus barisan depan Abe dan gugus pelopor Kondo berlayar ke selatan untuk berusaha mengejar gugus tugas kapal induk Amerika Serikat, dan menantangnya dalam pertempuran laut, namun armada Jepang berbalik arah saat tengah malam tanpa pernah bertemu dengan kapal-kapal perang Amerika Serikat. Gugus utama Nagumo juga mundur ke arah utara setelah menderita kerugian pesawat dalam jumlah besar, dan bahan bakar yang tinggal sedikit.[50]
[sunting] Pertempuran 25 Agustus
Konvoi bala bantuan di bawah pimpinan Tanaka memperkirakan dua kapal induk Amerika Serikat telah berhasil dilumpuhkan dalam pertempuran setelah mengalami rusak berat. Konvoi bala bantuan Jepang kembali dilayarkan menuju Guadalkanal, dan telah berada dalam jarak 150 mil (240 km) dari tujuan mereka pada pukul 08.00 tanggal 25 Agustus 1942. Pada waktu itu, konvoi Tanaka dikawal oleh 5 kapal perusak yang telah selesai bertugas membombardir Lapangan Udara Henderson dan menyebabkan kerusakan ringan di sana pada malam sebelumnya.[51] Pada pukul 08.05, sejumlah 18 pesawat dari Lapangan Udara Henderson menyerang konvoi Tanaka, mengakibatkan kerusakan berat pada Jintsu, menewaskan 24 awak kapal, dan membuat Tanaka kehilangan kesadaran. Kapal angkut pasukan Kinryu Maru juga terkena dan akhirnya tenggelam. Ketika menghampiri Kinryu Maru untuk menolong para awak kapal dan prajurit, kapal perusak Jepang Mutsuki juga diserang oleh empat pesawat B-17 dari Espiritu Santo yang berhasil menjatuhkan lima bom secara tepat di Mutsuki dan sekitarnya hingga tenggelam dengan segera. Tanaka sudah kembali sadar dan tidak terluka, walaupun terguncang. Setelah dipindahkan ke kapal perusak Kagero, Tanaka memerintahkan Jintsu untuk kembali ke Truk, dan memimpin konvoi ke pangkalan Jepang di Kepulauan Shortland.[52]Pihak Jepang dan Amerika Serikat keduanya memilih untuk menarik mundur secara total kapal-kapal perang mereka dari daerah pertempuran, dan pertempuran berakhir. Sebelum akhirnya dipulangkan ke Truk pada 5 September 1942, kapal-kapal perang Jepang tetap berkeliaran di dekat utara Kepulauan Solomon, namun jauh dari jangkauan terbang pesawat-pesawat Amerika Serikat yang berpangkalan di Lapangan Udara Henderson.[53]
[sunting] Akibat
Pertempuran ini umumnya secara garis besar dianggap sebagai kemenangan strategis dan taktis bagi Amerika Serikat. Japanese menderita kerugian lebih banyak kapal, pesawat terbang berikut para penerbangnya, dan pengiriman pasukan bala bantuan Jepang untuk Guadalkanal tertunda.[54] Mengenai pentingnya pertempuran ini, sejarawan Richard B. Frank menyimpulkan,Pertempuran Kepulauan Solomon Timur tidak diragukan lagi merupakan kemenangan Amerika, tapi pertempuran ini hanya sedikit menyumbang bagi hasil jangka panjang, selain dari makin berkurangnya jumlah penerbang terlatih dalam skuadron Jepang. Pasukan bala bantuan Jepang yang tidak bisa didatangkan dengan kapal angkut berkecepatan lambat, nantinya dikirim ke Guadalkanal dengan cara lain.[55]Pihak Amerika Serikat hanya kehilangan 7 awak pesawat dalam pertempuran ini. Sebaliknya, Jepang kehilangan 61 penerbang berpengalaman yang sulit diganti oleh Jepang karena keterbatasan kapasitas program pelatihan dan tidak adanya penerbang cadangan yang terlatih.[56] Pasukan yang diangkut oleh konvoi Tanaka kemudian dipindahkan ke kapal-kapal perusak di Kepulauan Shortland dan diantarkan ke Guadalkanal tidak sesuai dengan rencana, melainkan dalam beberapa kali konvoi yang tidak membawa sebagian besar peralatan berat mereka, mulai 29 Agustus 1942.[57]
Bukti dari nilai strategis Lapangan Udara Henderson dapat dilihat dari tenggelamnya kapal perusak Jepang Asagiri dan dua kapal perusak Jepang lainnya rusak berat pada 28 Agustus 1942 di Selat Georgia Baru, 70 mil (130 km) sebelah utara Guadalkanal oleh pesawat-pesawat Amerika Serikat yang berpangkalan di lapangan terbang itu.[58] Pertempuran memperebutkan Guadalkanal berlangsung tanpa ada pihak yang kalah atau menang selama dua bulan lamanya, termasuk perang darat yang sengit di Punggung Bukit Edson pada 13 September 1942, dan pertempuran laut skala besar di Tanjung Esperance pada awal Oktober.
Kapal induk Enterprise berlayar ke Pearl Harbor untuk menjalani perbaikan besar, dan diselesaikan pada 15 Oktober 1942.[59] Enterprise kembali ke Pasifik Selatan pada 24 Oktober 1942, tepat waktu untuk turut serta dalam Pertempuran Kepulauan Santa Cruz dan pertempuran ulang melawan Shōkaku dan Zuikaku.[60]
0 komentar:
Posting Komentar